Sebagai orang yang berhak memberi keputusan, Munno (Jung Ho-bin) membenarkan Chilseok (Ahn Kil-kang) kalau pertandingan berlangsung curang. Sebagai konsekuensinya, ronde terakhir dianggap tidak ada dan keputusan akan diambil bersama komite yang terdiri dari Hojae (Go Yoon-hoo), Mishil (Go Hyeon-jeong), dan Putri Deokman (Lee Yo-won).
Di dalam ruang rapat, perdebatan berlangsung sengit antara Putri Deokman dan Mishil. Chilseok akhirnya mengajukan usul : Yushin (Uhm Tae-woong) sebagai finalis harus menghadapinya dan bila bisa menahan 10 pukulan, maka hwarang itu dianggap sebagai pemenang.
Keputusan tersebut kontan membuat kubu pendukung Yushin pucat, sementara kubu Mishil pimpinan Seokpum (Hong Kyung-in) tersenyum senang. Dengan tubuh penuh memar, Yushin yang memegang pedang kayu dengan tangan gemetar langsung ambruk begitu mendapat serangan pertama dari Chilseok.
Namun bukan Yushin namanya kalau menyerah begitu saja, ia berusaha bangun meski dengan susah-payah. Hal itu terjadi berulang kali walau secara fisik sudah tidak memungkinkan bagi pimpinan klan Kembang Naga itu untuk bertahan. Melihat kegigihan sang bawahan, air mata Putri Deokman dan mereka yang hadir mengalir.
Teriakan pemberi semangat berkumandang yang dimulai dari klan Kembang Naga hingga terakhir Bojong (Baek Do-bin), yang notabene adalah musuh bebuyutan Yushin, ikut bersuara. Dengan sisa tenaga terakhir, Yushin akhirnya ambruk begitu pukulan kesepuluh Chilseok dilontarkan.
Siapa sangka sebelum pingsan, Yushin sempat memasukkan sebuah pukulan telak. Dengan jiwa ksatria, Chilseok mengakui kekalahannya. Pengakuan tersebut langsung disambut oleh sorak-sorai para hwarang termasuk Bojong.
Di Seorabol, Jukbang (Lee Moon-shik) yang tidak sadar dengan siapa dirinya berhadapan terus berusaha memberi pengertian pada Chunchu (Yoo Seung-ho) tentang situasi politik Shilla terutama tentang kubu-kubu yang ada di istana.
Di kediamannya, Munno telah ditunggu oleh Bidam yang terus berlutut. Mengira kalau dirinya bakal diasingkan, Bidam terperangah ketika gurunya malah bersikap sabar sambil mengatakan kalau masih banyak yang harus dipelajari oleh sang murid selain sekedar menang-kalah.
Sikap sang guru membuat Bidam bingung, namun suasana hatinya yang mulai tenang semakin kacau begitu bertemu Mishil yang langsung menyindir perbuatan pemuda itu. Mengunjungi kediaman Yushin untuk meminta maaf langsung pada Putri Deokman, wajah Bidam langsung muram begitu melihat betapa besarnya perhatian sang putri pada bawahannya tersebut.
Memanfaatkan keluguan Jukbang dan penduduk desa, Chunchu mulai bisa mengira-ngira apa saja yang telah terjadi di Seorabol. Kehadirannya sendiri belum terlacak siapapun, bahkan tak kurang dari kubu Mishil disibukkan oleh pencarian sang pangeran.
Yang menarik, Chunchu sendiri ternyata sudah tahu Daenambo (Ryu Sang-wook)-lah orang yang paling bertanggung jawab atas kematian ibunya. Begitu melihat kehadiran Daenambo, emosi Alcheon langsung meledak, keduanya nyaris saja terlibat perkelahian di tengah kota.
Namun sebelum semuanya terjadi, Chunchu muncul dan menyebut kalau dirinya sudah memaafkan Daenambo. Kemunculan Chunchu sontak langsung membuat penghuni istana gempar, terutama Putri Deokman yang sudah tidak sabar lagi melihat putra dari sang kakak.
Siapa sangka, Chunchu bersikap dingin dan secara terang-terangan menyatakan tidak butuh perhatian Putri Deokman. Dengan senyum penuh misteri, Chunchu secara tersirat menyatakan maksud dibalik kedatangannya kembali ke kerajaan Shilla.
Langkah pertama yang diambil sang pangeran sangat mengejutkan. Menolak pengawalan Alcheon, Chunchu malah lebih memilih didampingi Daenambo dan tidak menolak ketika Misaeng (Jung Woong-in) menyatakan siap menemani pemuda itu berkeliling Seorabol.
Setelah kondisinya pulih, Yushin dipanggil menghadap dewan pimpinan hwarang untuk secara resmi ditunjuk sebagai pungwolju. Siapa sangka, disana kubu Mishil yang diwakili oleh Seolwon (Jun Noh-min) mengeluarkan kartu as mereka yang langsung membuat Yushin terdiam.(indosiar.com/mdL)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar