Selasa, 02 Februari 2010
Queen Soendoek 58
Bidam (Kim Nam-gil) marah, ia menganggap Yushin (Uhm Tae-woong) yang dianggap sebagai pengkhianat tidak pantas untuk memimpin peperangan menyelamatkan Shilla. Di penjara, Bidam menatap sang jendral dengan sebelah mata. Keruan saja Yushin kesal, ia menyebut siap melepaskan semua yang dimiliki mulai dari kekuatan pasukan hingga jabatan asalkan Bidam lebih dulu mau menyelamatkan Shilla.
Berdasarkan masukan dari Yushin, Bidam mengajukan usulan yang hanya diangguki oleh Ratu Seon Deok (Lee Yo-won). Rupanya, sang ratu lebih menanti saat untuk kembali bertemu dengan Wolya (Joo Sang-wook). Lama menunggu namun Wolya tidak juga muncul, Ratu Seon Deok nekat mendatangi markas Bokyahwei dengan hanya ditemani Alcheon (Lee Seung-hyo). Untuk membuktikan ketulusannya, Ratu Seon Deok mengeluarkan buku berisi nama-nama bangsa Gaya dan membakarnya didepan Wolya.
Saat Wolya masih ragu-ragu, tiba-tiba pasukan yang dipimpin oleh Chunchu (Yoo Seung-ho) muncul. Dengan suara tegas dan berwibawa, Ratu Seon Deok memerintahkan Chunchu untuk bisa membujuk Wolya dan bila gagal maka dirinya, Wolya, dan bangsa Gaya tidak akan bisa melihat hari esok.
Posisi Shilla semakin kritis ketika benteng-benteng strategis mereka tidak mampu menahan serangan Baekje, namun secercah harapan muncul. Ratu Seon Deok menunjuk Yushin untuk memimpin pertempuran melawan Baekje. Keruan saja, keputusan sang ratu membuat Bidam, yang telah menyiapkan strategi, terpukul.
Dengan lantang, Yushin menyebut dirinya tetaplah kriminal yang telah menjadi musuh negara. Namun Ratu Seon Deok hanya tersenyum simpul, dan tak berapa lama Alcheon muncul untuk memberi kabar kalau Bokyahwei alias para pemberontak Gaya telah menunggu kehadiran sang ratu.
Dipimpin oleh Wolya, pasukan Bokyahwei menyatakan kesetiaan mereka pada Ratu Seon Deok. Yang membuat para pejabat terkejut, Ratu Seon Deok menerima buku pemberian Wolya yang berisi nama-nama anggota Bokyahwei dan membakarnya. Dengan suara lantang, Ratu Seon Deok mengatakan bahwa tidak ada lagi rakyat Gaya, semuanya adalah Shilla.
Keputusan tersebut membuat moral pasukan Shilla pimpinan Yushin meningkat tajam, mereka berangkat dari Seorabol dengan semangat berkobar meski tahu kalau tantangan berat menghadang.
Sementara itu di istana, Bidam mulai mempersiapkan kemungkinan terburuk karena pasukan Baekje semakin dekat dengan Seorabol. Rencana Bidam membuat Ratu Seon Deok terkejut : ia meminta sang penguasa untuk mengungsi dari Seorabol. Sudah tentu sebagai simbol Shilla, hal itu nyaris tidak mungkin dilakukan. Namun, para bangsawan yang berpihak pada Bidam terus mendesak Ratu Seon Deok.
Di medan perang, Yushin terus memikirkan strategi untuk menangkal serangan pasukan Baekje yang gerakannya sangat cepat hingga sempat disebut pasukan hantu. Hal itu dibuktikan sendiri oleh Godo (Ryu Dam) yang tengah menyiapkan jebakan. Setelah sempat memukul mundur pasukan Baekje, tak lama kemudian sang musuh malah muncul dari bagian belakang.(indosiar.com/mdL)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar