Kamis, 04 Februari 2010
A love to Kill (9)
Melihat Da-jeong diperlakukan semena-mena, emosi Bok-gu meledak dan nyaris saja membuat kekacauan. Beruntung setelah belakangan mereda, ia berhasil 'membujuk' adik tiri gadis itu supaya memperbolehkan sang kakak memberi penghormatan terakhir.
Dirumahnya saat bangun, Eun-seok berbicara sambil marah-marah sendiri karena memimpikan Bok-gu (yang dibayangkan sebagai boneka yang dipeluknya) saat tertidur. Begitu turun ke bawah, gadis itu hanya bisa menahan rasa muak melihat kedua orang tuanya berusaha menjilat Joon-seong dan terus memuji-muji kecerdasan pemuda itu yang berusaha mengambil hati keluarganya.
Ketika pergi keluar, Joon-seong menolak tawaran minum dari Eun-seok dan dengan polos menceritakan hal apa yang nyaris dilakukannya ketika terakhir mabuk. Keruan saja, Eun-seok kaget campur ketar-ketir karena merasa sang 'tunangan' mulai mengetahui perasaannya terhadap Bok-gu.
Cerita tersebut nyatanya malah membuat simpatinya terhadap sang pengawal semakin bertambah, ia kemudian memutuskan untuk menelepon Bok-gu. Rupanya, gadis itu mengingat kalau Bok-gu telah menyanyikannya sebuah lagu yang biasa dilantunkan Min-joo. Tentu saja, pria itu menyangkal.
Saat kembali ke rumahnya, Da-jeong telah dinanti dua orang preman yang ternyata mencari Bok-gu. Namun begitu menerima telepon, kedua orang tersebut langsung pergi. Kejadian itu langsung membuat gadis itu berpikir kalau Bok-gu telah bergabung dengan kelompok gangster demi melunasi biaya rumah sakit sang kakak.
Dugaan tersebut ternyata tidak meleset, bahkan usaha Eun-seok, yang ternyata sempat mendengar pembicaraan Bok-gu dengan seorang rekannya, untuk berusaha menjauhkan pemuda itu dari kesulitan tidak berhasil. Kali ini, pemuda itu bukan tandingan lawan-lawannya. Mendadak, Eun-seok muncul dan supaya gadis itu tidak terluka, Bok-gu melindungi dengan tubuhnya.(mdL)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar